Selasa, 16 Maret 2010

Namru 2 Tak Beda dengan Laboratorium Sekolah

Ian Santoso
Tak Beda dengan Laboratorium Sekolah

JAKARTA - Bendera mungil Merah Putih dengan tiang sepanjang kurang lebih 10 cm
terpasang di atas portal yang melintang di tengah kompleks Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Batilbangkes) milik Departemen Kesehatan RI di Jalan
Percetakan Negara 29, Jakarta Pusat. Namun beberapa orang yang menjaga portal
itu bukan petugas satpam biasa, melainkan keamanan dari Kedutaan Besar Amerika
Serikat (AS).


Itu adalah gerbang masuk Gedung Unit Penelitian Medis Angkatan Laut AS atau
Navy Medical Research Unit (Namru) Nomor 2. Namun, tidak seperti beberapa hari
sebelumnya, sambutan berbeda dialami para wartawan yang diundang Kedubes AS
untuk mengunjungi Namru 2, Jumat (25/4). Padahal Rabu (16/4) pekan lalu,
rombongan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari susah payah masuk ke dalam
laboratorium yang sudah berdiri sejak tahun 1970 itu. Alasannya, kunjungan
mendadak Menkes tersebut tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Kini, tanpa
banyak tanya, satpam langsung membuka palang dan mengizinkan para wartawan
masuk. Tak lama kemudian dua staf Kedubes AS mempersilakan pers masuk ke
fasilitas penelitian tersebut. Dalam dua hari berturut-turut, Kedubes AS tampak
mempersiapkan betul penyambutan untuk kalangan media massa.


Sehari sebelumnya, Kamis (23/4), Duta Besar Cameron Hume bersama pimpinan Namru
2, Kapten Trevor Jones, merasa perlu memberikan keterangan kepada media
nasional dan internasional. Sehari kemudian, giliran Wakil Duta Besar John
Heffern yang mengajak sejumlah media untuk mengunjungi Namru 2. Upaya-upaya
tersebut untuk menepis kecurigaan yang sedang mengemuka kepada Namru 2.
Apakah Namru 2 fasilitas rahasia? Apakah Namru 2 melakukan kegiatan intelijen
dan diam-diam mengembangkan senjata biologis?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam beberapa pekan terakhir dilontarkan
sebagian pejabat, politisi, dan media lokal, apalagi mengingat dalam dua tahun
terakhir Namru 2 dianggap "ilegal" karena tidak memiliki perjanjian baru dengan
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, kecurigaan demikian telah mengusik Pemerintah
AS yang masih memiliki perhatian yang besar untuk melakukan penelitian medis di
Indonesia dengan berupaya mempertahankan Namru 2. "Indonesia masih sangat
penting bagi kami karena memiliki penyakit-penyakit yang sulit ditemui di
negara kami, seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, flu burung dan
lain-lain. Kami di sini tidak akan meneliti penyakit yang sudah lumrah terjadi
di AS seperti jantung maupun kanker," kata Jones saat menyambut kedatangan para
wartawan di tempat kerjanya.

Sulit Dibuktikan
Dalam tur khusus media tersebut, kecurigaan Namru 2 sebagai fasilitas rahasia
sulit sekali dibuktikan kebenarannya kendati lokasinya tidak mencolok dan tidak
memasang papan nama di pinggir jalan umum. Berada di Namru 2 seperti tak ada
bedanya dengan menyambangi laboratorium sekolah atau klinik. Saat itu terlihat
hanya satu-dua orang yang bekerja, selebihnya pergi ke ruang makan menyambar
chicken teriyaki yang dipesan dari sebuah restoran cepat saji, ada pula yang
memanaskan makan siang di microwave. Pimpinan mereka sibuk memberikan briefing
kepada para wartawan di ruang pertemuan. "Kebetulan waktu sudah mendekati
Salat Jumat dan jam makan siang. Jadi suasana di sini sedang lengang," tutur
Zein, peneliti lokal di Namru 2. Seorang staf bahkan terpaksa merelakan
sebagian jam makan siangnya terenggut demi memenuhi permintaan para pewarta
foto untuk menjadi model, seolah-olah sedang meneliti sebuah sampel dengan
mikroskop. Tak ada bedanya dengan seorang mahasiswa yang sedang melakukan
praktikum. "Ini bukan fasilitas intelijen. Fasilitas di sini terbuka untuk
semua pengunjung yang berminat. Kami menyambut baik para ilmuwan, dokter dari
laboratorium milik pemerintah Indonesia, pihak militer, dan perguruan tinggi,"
kata Jones. Kendati dibilang bersifat terbuka, bukan berarti pengunjung asing
bisa bebas keluar-masuk. Memasuki gedung tersebut, penjagaan keamanan sama
ketatnya seperti saat mengurus visa di Kedutaan Besar AS di Jl. Medan Merdeka
Selatan. Pemeriksaan tas dan kartu tamu diberlakukan.


"Namru 2 merupakan bagian dari yurisdiksi Kedubes AS di Jakarta," kata Heffern.
Selain beberapa petugas berseragam yang bersiaga di beberapa sudut ruangan,
rombongan wartawan pun "didampingi" oleh seseorang bertubuh tegap berpakaian
sipil berkalungkan tanda pengenal yang di talinya tertulis "Keamanan
Diplomatik." Dia setia memantau satu per satu pergerakan wartawan pengunjung,
termasuk saat seorang pewarta foto buang air kecil di toilet.


Terlepas dari ketatnya pengamanan, selebihnya tidak ada sesuatu yang mencolok
yang bisa ditemui di Namru 2. Para staf dan peneliti lokal diizinkan berdiskusi
dengan para wartawan. Namun, berdasarkan permintaan dari staf Kedubes AS,
mereka enggan mengungkapkan identitas masing-masing. "Yang bisa dikutip namanya
hanyalah Wakil Dubes dan Direktur Namru," ujar staf Kedubes AS.

Senjata Biologi
Jones menegaskan bahwa Namru 2 tidak pernah membawa apapun hasil penelitiannya
ke laboratorium senjata biologi Los Alamos di Amerika. "Kami tidak tahu-menahu
soal pengiriman sampel spesimen flu ke Los Alamos. Kami tidak tahu-menahu soal
Los Alamos. Namru 2 juga tidak ada kontak dengan Los Alamos. Kami tidak pernah
melakukan penelitian untuk senjata biologi," katanya ketika ditanya mengapa ada
sampel virus H5 N1 strain Indonesia di laboratorium senjata biologi tersebut.

Menurutnya, saat ini MoU baru mengenai Namru 2 masih dalam negosiasi.
Pemerintah Amerika masih mempertimbangkan berbagai perjanjian internasional
lainnya yang melibatkan Amerika, termasuk perjanjian tentang senjata biologi.
"MoU yang kami ajukan harus lebih luas dari sekadar soal senjata biologi,
sehingga semua kegiatan Namru 2 tidak akan bertentangan dengan konvensi senjata
biologi yang disetujui Amerika," kata Jones tentang klausul senjata biologi
dalam MoU yang belum mau ditandatanganinya.


Sementara itu, mantan Kepala BAIS-TNI, Marsekal Madya (Purnawirawan) Ian
Santosa Perdanakusuma yakin bahwa Namru 2 positif alat operasi intelijen
Amerika. "Namru itu, ketika saya kepala BAIS, sudah merekomendasikan untuk
tidak dikeluarkan izinnya karena akan dijadikan alat operasi intelijen Amerika
di Indonesia. Tapi rekomendasi saya tidak ditindaklanjuti oleh penguasa militer
maupun pemerintah saat itu," kata Ian menegaskan dalam diskusi tentang Hak
Asasi Bangsa di Jakarta, Jumat (25/4). Ian menegaskan bahwa Namru 2 telah
melanggar hak asasi bangsa Indonesia. "Saatnya bangsa ini membuktikan bahwa
kita berdaulat secara politik dan ekonomi dengan mengusir Namru 2," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar